Ada seorang petani yang menyebarkan benih padi untuk sawahnya. Dua minggu kemudian ia berharap bahwa benih padi itu sudah tumbuh dan akan dipindahkan ke sawah yang sudah siap ditanami. Seminggu sekali ia datang untuk melihat benih padi itu. Ia mendapati tidak semua benih padi yang ia sebar itu tumbuh. Selidik punya selidik, ternyata ada benih yang tidak baik. Padahal benih itu ia beli dengan uangnya sendiri. Tidak ada subsidi dari pemerintah. Ia agak kecewa. Karena itu, ia bertekad untuk menanam dengan benih yang sudah tumbuh itu. Ia berjanji untuk lebih hati-hati lagi lain kali kalau membeli bibit.
Setelah menanami sawahnya, tiga bulan kemudian ia mulai memanen hasilnya. Ia kembali dibuat kaget, karena tidak semua pohon padi menghasilkan benih yang baik. Ia mulai tidak puas dengan hasil pekerjaannya. Namun ia tidak putus asa. Ia bertekad untuk menyimpan benih dari hasil sawahnya itu. Karena itu, ia menyimpan padi yang baik untuk bibit di musim tanam yang akan datang.
Benar. Ketika benih itu ia semaikan, hasilnya luar biasa. Benih yang baik itu tumbuh dengan sangat baik. Hasil panennya pun melimpah. Ia berusaha untuk tetap menyimpan benih yang baik dari hasil panennya itu. Ia memisahkan padi yang terbaik untuk bibit di musim tanam berikutnya. Begitu ia lakukan terus-menerus kebiasaan itu. Ia tidak perlu kecewa atas benih tidak baik yang ia beli. Ia sendiri sudah menyediakannya sendiri.
Suatu kebiasaan baik akan selalu terpelihara dengan baik. Kebiasaan baik itu dapat dilestarikan. Demikian juga dalam mendidik anak-anak. Orangtua mesti memiliki suatu kebiasaan baik yang bisa menjadi contoh bagi anak-anak mereka.
Dorothy Law Nolte menulis pendapatnya dalam buku Children Lerarn What They Live demikian, “Bila anak dibesarkan dalam celaan, maka ia belajar memaki. Bila anak dibesarkan dalam permusuhan, maka ia belajar berkelahi. Bila anak dibesarkan dalam penghinaan, maka ia belajar menyesali diri. Bila anak dibesarkan dalam toleransi, maka ia belajar sabar dan bertahan diri. Bila anak dibesarkan dalam kejujuran, maka ia belajar keadilan. Bila anak dibesarkan dalam kasih dan persahabatan, maka ia belajar cinta yang mendalam.”
Pendidikan awal bagi seorang anak itu sangat menentukan bagi hidup selanjutnya seorang anak. Suatu awal selalu mempunyai pernanan penting dalam pertumbuhan seorang manusia. Karena itu, suasana dalam hidup berkeluarga akan sangat menentukan proses pertumbuhan seorang anak di dalam keluarga. Kalau orangtua menyadari peranan mereka dalam mendidik anak-anak, maka mereka mesti memulainya sejak awal. Hidup mereka mesti dikuasai oleh suasana cinta kasih dan persaudaraan. Dengan demikian, anak-anak yang lahir dalam keluarga itu memiliki suatu hidup yang baik. Mereka tumbuh dalam suasana kasih dan persaudaraan.
Mari kita menciptakan suasana yang baik dalam keluarga kita. Dengan demikian, anak-anak dalam keluarga mampu belajar yang baik. Mereka dapat saling mengasihi dan kasih itu akan terpancar dalam kehidupan sehari-hari di tengah-tengah masyarakat. Tuhan memberkati. **
Tidak ada komentar:
Posting Komentar